Jumat, 30 September 2011

MENCARI ILHAM DEMI MENCAPAI IMAN

Berguru Kepada Allah karya Abu Sangkan
MENCARI ILHAM DEMI MENCAPAI IMAN

Meskipun penuh kontroversi karena banyak ulama yang mencap hasil pemikiran Abu Sangkan ini sebagai bid’ah, namun buku ”Berguru Kepada Allah” yang pertama kali dicetak pada tahun 2002 ’lulus’ penilaian publik sehingga dicetak sampai sebelas kali hingga 2009 ini. Buku laris pasti memiliki suatu ’tawaran’ yang menarik. Hukum itu berlaku juga pada karya Abu Sangkan ini. Tagline ’Menghidupkan Kecerdasan Emosional dan Spiritual’ yang terdapat di cover buku mungkin memberi gambaran mengenai apa yang ingin dibagi pada pembaca. Namun menurut saya pribadi, apa yang ingin disampaikan Abu Sangkan terutama adalah pencarian manusia terhadap kebenaran yang ada pada dirinya, yaitu pengakuan akan ke-Esaan Allah. Tauhid dari lubuk jiwa.
Latar belakang Abu Sangkan berpengaruh besar dalam pencapaian dan pemahamannya akan Islam. Bisa dikatakan bahwa ia berupaya mencari ilham sepanjang hidupnya demi mencapai Iman. Abu Sangkan pernah menggeluti ilmu agama di beberapa pesantren seperti Al Ihya’ di Bogor, Al Ghazaly di Bogor, Al Baqiyyatush Shalihat Bekasi serta mengikuti pendidikan ilmu Filsafat di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Apa yang ia cari justru berasal dari perenungan-perenungannya selama menggeluti dunia bisnis dan pengembaraan spiritualnya dalam kontemplasi malam yang ia lakukan. Mengenai pencapaian tersebut, saya tidak berani memberi komentar, biarlah Allah yang menilai upaya manusia-Nya dalam upaya mendapatkan Ridha-Nya.

Konsep menarik yang dikemukakan Abu Sangkan di sini adalah adanya bagian jiwa manusia yang pada dasarnya mengakui adanya Allah, mengajak kepada kebaikan, dan menegur perbuatan dosa yang dilakukan insan. Dalam QS. Al Qiyamah, 75 ayat 14, ia disebut sebagai bashirah, diri sejati yang tidak tidur dan tidak lalai, mengendalikan nafas dan prosedur badani manusia yang lain. Ia berbisik halus kepada manusia untuk mengingatkan agar menghindari dosa dan mengajak pada kebaikan. Konsep ini didukung oleh berbagai penelitian psikologi dan penelitian terhadap kinerja otak manusia (temuan ”God Spot” oleh Danah Zohar dan Ian Marshall yang notabene adalah ilmuwan barat). Namun terkadang manusia mengabaikan ’bisikan halus’ tersebut dan terus berbuat maksiat di muka bumi. Untuk mengembalikan manusia pada kehidupan yang penuh kebaikan, mendapatkan ketentraman, dan mengabaikan emosi untuk mendapatkan esensi pemikiran yang lurus, Abu Sangkan berpendapat bahwa kita harus bisa terus mendengarkan ’bisikan halus’ dari bashirah yang mengajak pada kebaikan tersebut. Untuk itu, hendaknya manusia menjalani kehidupan dengan sikap ”Takwa” (menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya) disertai sikap ”Ihsan” (seakan-akan melihat Allah, jika tidak mampu melihat-Nya sesungguhnya ia melihat kalian). Namun untuk mencapai tataran tersebut, memang terasa sangat berat karena sebagaimana yang diungkapkan oleh Allah dalam beberapa Surah Al Qur’an, iman dan kesadaran manusia itu diberikan oleh Allah sendiri pada hati manusia yang Ia kehendaki. Lalu bagaimana untuk mendapatkan ilham keimanan tersebut? Kuncinya adalah pasrah. Abu Sangkan berpendapat bahwa yang dimaksud pasrah bukanlah bersikap pasif dan menerima semua yang terjadi atas dirinya sebagaimana yang dibayangkan oleh banyak orang selama ini. Namun konsep pasrah adalah melakukan segala upaya yang mungkin dilakukan di dunia sesuai dengan perintah Allah untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan menyerahkan hasilnya pada Yang Maha Kuasa. Jadi bukannya pasrah dengan tidak melakukan apa-apa dan hanya terus beribadah, bahkan dengan menjalankan laku mengharamkan kemodernan dengan harapan ingin mengembalikan kehidupan seperti zaman Nabi Muhammad SAW, namun memanfaatkan kemodernan untuk menjalankan Islam sesuai dengan Fitrah-nya.

Untuk mendukung upaya mencapai sikap pasrah ini, Abu Sangkan menawarkan suatu metode zikir (inilah yang sering dianggap bid’ah oleh para ulama). Karena sesuai dengan konsep zikir, yaitu ’ingat’, zikir akan membangkitkan kesadaran diri bahwa kita selalu diawasi oleh Allah. Zikir akan memperkuat dan memunculkan bashirah yang selama ini kita abaikan.
Kalau metode ini dianggap mengada-ada, mungkin perlu dibaca testimoni-testimoni dari masyarakat yang sudah membaca dan mencoba mengamalkan isi buku ini. Saran saya, apabila anda memandang hal tersebut positif, mungkin dapat dicoba dan dimanfaatkan untuk keluar dari ’kemacetan’ hidup di dunia modern ini. Berguru Kepada Allah, bagi Abu Sangkan bukanlah dimaksudkan sebagai suatu kepongahan, akan tetapi kerendahan hati manusia untuk kembali pada Fitrahnya dan ingin mencintai Sang Pencipta dengan penuh keikhlasan.

Kamis, 29 September 2011

Allah Cinta Orang Yang Bersin

Allah Cinta Orang Yang Bersin


Allah cinta orang yang bersin dan benci yang menguap.

Bersin dan menguap adalah hal biasa yang kita alami setiap hari. Namun, pernahkah kita sadari bahwa islam itu mengatur kedua hal ini secara detail ?? dan juga , tahukah kita bahwa Allah itu mencintai orang yang bersin dan membenci orang yang menguap ?? . Nah, dalam artikel kali ini saya kutibkan artikel menarik tentang bersin dan menguap dari sudut pandang islam. Bagaimana mengatasinya .. dan alasan kenapa Allah mencintai orang yang bersin dan membenci orang yang menguap ??

Rasulullsh menjelaskan bagaimana seseorang yang mendengar orang yang bersin dan memuji Allah agar membalas pujian tersebut.
Rasulullah bersabda:
Apabila salah seorang diantara kalian bersin, maka ucapkanlah Al-Hamdulillah, dan hendaklah orang yang mendengarnya menjawab dengan Yarhamukallahu, dan bila dijawab demikian, maka balaslah dengan ucapan Yahdikumullahu wa Yushlihubaalakum (HR. Bukhari, 6224).

Menguap adalah gejala yang menbuat otak dan tubuh orang tersebut membutuhkan oksigen dan nutrisi; dan karena organ pernafasan kurang dalam menyuplai oksigen kepada otak dan tubuh. Dan hal ini terjadi ketika kita sedang kantuk atau pusing, lesu, dan orang yang sedang menghadapi kematian. Dan menguap adalah aktivitas menghirup udara dalam-dalam melalui mulut, dan bukan mulut dengan cara biasa menarik nafas dalam-dalam! Karena mulut bukanlah organ yang disiapkan untuk menyaring udara seperti hidung. Maka, apabila mulut tetap dalam keadaan terbuka ketika menguap, maka masuk juga berbagai jenis mikroba dan debu, atau kutu bersamaan dengan masuknya udara ke dalam tubuh. Oleh karena itu, datang petunjuk nabawi yang mulia agar kita melawan “menguap” ini sekuat kemampuan kita, atau pun menutup mulut saat menguap dengan tangan kanan atau pun dengan punggung tangan kiri.
Bersin adalah lawan dari menguap yaitu keluarnya udara dengan keras, kuat disertai hentakan melalui dua lubang: hidung dan mulut. Maka akan terkuras dari badan bersamaan dengan bersin ini sejumlah hal seperti debu, haba’ (sesuatu yang sangat kecil, di udara, yang hanya terlihat ketika ada sinar matahari), atau kutu, atau mikroba yang terkadang masuk ke dalam organ pernafasan. Oleh karena itu, secara tabiat, bersin datang dari Yang Maha Rahman (Pengasih), sebab padanya terdapat manfaat yang besar bagi tubuh. Dan menguap datang dari syaithan sebab ia mendatangkan bahaya bagi tubuh. Dan atas setiap orang hendaklah memuji Allah Yang Maha Suci Lagi Maha Tinggi ketika dia bersin, dan agar meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk ketika sedang menguap (Lihat Al-Haqa’iq Al-Thabiyah fii Al-Islam: hal 155)

disarikan dari : alsofwah.or.id – 13 Ramadhan 1424/071103

Sabtu, 03 September 2011

Cinta ................ < aArti CINTA dari ALAM SEMESTA >

Bertanya Tentang Cinta

 Aku bertanya pada alam semesta tentang arti “CINTA”, lalu satu demi satu mereka menjawab…
Bumi menjawab:
“CINTA adalah hamparan tempat tumbuh segala bahagia dan harapan akan itu. Ia memang diinjak dan dihinakan, tetapi ia tak peduli. Pikir Cinta hanya memberi, dan itu sajalah inginnya.”
Air menjawab:
“CINTA adalah hujan yang menumbuhkan benih-benih rasa kesukaan, kerelaan akan keterikatan, kerinduan dan kesenduan, atau samudera kasih yang luas sebagai naungan segala perasaan
Api menjawab:
“CINTA adalah panas yang membakar segala, ia memusnahkan untuk dapat hidup dan menyala. Demi merasakannya, makhluk rela terbakar dalam amarah dan kedurhakaan.”
Angin menjawab:
“CINTA adalah hembusan yang menebar sayang tanpa tahu siapa tujuannya. Orang bilang ia buta, sebab itu inginnya. Ia tak terlihat, tapi tanpanya segala raga akan hampa.”
Langit menjawab:
“CINTA adalah luasan tanpa batas. Luasnya tiada makhluk yang tahu. Kecuali bahwa cinta itu bahagia yang biru, atau derita kelam yang kelabu
Matahari menjawab:
“CINTA adalah hidup untuk memberi energi kehidupan dan cahaya harapan. Ia tak akan lelah memberi sampai ia padam dan mati.”
Pohon menjawab:
“CINTA adalah akar yang menopang segalanya. Ia tulus hingga tak perlu terlihat dan dikenal. Tapi ia terus memberi agar batang bahagia tetap kokoh abadi, berbuah dan berbunga indah.”
Gunung menjawab:
“CINTA adalah rasa yang menjulang tinggi. Rasa itu demikian tenang dan menyejukkan. Namun saat gundah, Ia akan meleburkan sekelilingnya dengan lautan lava cemburu yang membara.”
Lalu, Aku bertanya pada CINTA:
“Wahai CINTA, apakah sebenarnya arti dirimu??”
CINTA menjawab:
“CINTA adalah engkau patuh terhadap-Nya, meski kau tak melihat-Nya. Engkau tidak mencium-Nya atau meraba-Nya, tapi engkau patuh karena engkau merasa akan hadir-Nya. Sebab CINTA bukan indera, tapi adalah rasa.”
“CINTA adalah engkau takut akan amarah-Nya, dan takut jika Ia meninggalkanmu. Takut jika Ia tak menyukaimu lagi. Lalu engkau mencari-cari alasan untuk selalu dekat dengannya, bahkan jika engkau harus menderita, atau yang lebih mengerikan dari itu.”
“CINTA adalah engkau menyimpan segala harapan pada-Nya dan tidak pada yang lain. Engkau tidak mendua dalam harapan, dan demikian selamanya. Cinta adalah engkau setia menjadi budak-Nya, yang engkau hidup untuk-Nya dan mati untuk kesukaan-Nya akan dirimu, hidup dan mati untuk Dia. Engkau berusaha sekerasnya agar engkau diakui, hanya sebagai budak, sebagai hamba.”
“Diatas segalanya, CINTA adalah engkau merasa kasih sayang yang tunggal yang tidak engkau berikan pada yang lain, selain pada-Nya. Engkau rindu akan hadir-Nya dan melihat-Nya. Engkau suka apa yang Ia sukai dan benci apa yang Ia benci, engkau merasakan segala ada pada-Nya dan segala atas nama-Nya.”
Aku lantas bertanya pada CINTA:
“Bisakah aku merasakannya?”
Sambil berlaru CINTA menjawab:
“Selama engkau mengetahui hakikat penciptaanmu dan bersyukur dengan apa yang Dia beri, maka itu semua akan kau rasakan, percayalah padaku tambahnya….”
Aku pun Berteriak, “Wahai KAU SANG MAHA PECINTA terimalah cintaku yang sederhana ini, izinkanlah aku merasakan cintaMu yang Maha Indah…”
Sumber: http://cyberdakwah.net/2009/06/bertanya-tentang-cinta/

Bertahan Hidup Meskipun Terjepit Selama 10 Tahun (Cinta Sejati Kadal)

Cinta Sejati Kadal "Bertahan Hidup Meskipun Terjepit Selama 10 Tahun"

Ini sebuah kisah nyata yang terjadi di Jepang. Ketika sedang merenovasi sebuah rumah, seseorang mencoba merontokan tembok.

Rumah di Jepang biasanya memiliki ruang kosong diantara tembok yang terbuat dari kayu. Ketika tembok mulai rontok, dia menemukan seekor kadal terperangkap diantara ruang kosong itu karena kakinya melekat pada sebuah paku. Dia merasa kasihan sekaligus penasaran. Lalu ketika dia mengecek paku itu, ternyata paku tersebut telah ada disitu 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibangun.

Apa yang terjadi? Bagaimana kadal itu dapat bertahan dengan kondisi terperangkap selama 10 tahun?

Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikitpun, itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal. Orang itu lalu berpikir, bagaimana kadal itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada paku itu!

Orang itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan kadal itu, apa yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan. kemudian, tidak tahu darimana datangnya, seekor kadal lain muncul dengan makanan di mulutnya …. astaga!!

Orang itu merasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor kadal lain yang selalu memperhatikan kadal yang terperangkap itu selama 10 tahun. Sungguh ini sebuah cinta…cinta yang indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil seperti dua ekor kadal itu. apa yang dapat dilakukan oleh cinta? tentu saja sebuah keajaiban. Bayangkan, kadal itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. bayangkan bagaimana hewan yang kecil itu dapat memiliki karunia yang begitu menganggumkan.

Sumber: kaskus.us