Senin, 03 Oktober 2011


Sabtu, 23 Juli 2011

Nama : Iblis
Gelar : Laknatullah ‘Alaihi (semoga Allah melaknatnya)
Lahir : Sebelum diciptakan manusia
Tempat tinggal : Toilet dan rumah yang tidak disebut nama Allah ketika memasukinya
Singgasana : Di atas air
Rumah masa depan : Neraka Jahanam, seburuk-buruk tempat tinggal
Agama : Kafir
Jabatan : Pimpinan Umum orang-orang yang dimurkai Allah dan sesat
Masa Jabatan : Hingga hari Kiamat
Karyawan : Setan jin dan setan manusia
Partner dalam bekerja : Orang yang diam dari kebenaran
Agen : Dukun dan paranormal
Musuh : kaum muslimin
Kekasih di dunia : Wanita yang hobi
telanjang dan pamer aurat
Keluarga : Para thaghut
Cita-cita : Ingin membuat semua manusia kafir
Motto : Kemunafikan adalah akhlak yang paling utama
Hobi : Menyesatkan manusia dan menjerumuskan ke dalam dosa
Lukisan kesayangan : Tato
Mata pencaharian : Mencari harta yang haram
Makanan favorit : Bangkai manusia (ghibah)
Tempat favorit : Tempat-tempat najis dan tempat maksiat
Tempat yang dibenci : Majlis ilmu dan temat-tempat ketaatan
Alat komunikasi : ghibah (menggunjing), namimah (adu domba) , dan dusta

Jurus Andalan:
1.      Memoles kebathilan
2.   Menamakan Maksiat dengan nama yang indah
3.   Menamakan Ketaatan dengan nama yang tidak disukai
4.   Masuk melalui pintu yang disukai manusia
5.   Menyesatkan manusia secara bertahap
6.   Menghalang-halangi manusia dari kebenaran
7.   Berlagak sebagai penasihat

Kelemahan :
1.   Tidak berkutik di hadapan orang yang ikhlas
2.      kewalahan menghadapi orang yang berilmu
3.      Lari dari suara adzan
4.      Lari dari rumah yang dibacakan al-Baqarah
5.      Menyingkir dari orang yang berdzikir kepada Allah
6.      6. Menangis ketika melihat orang bersujud kepada Allah


Diringkas dan diadaptasi dari kitab “Wiqayatul Insan minal Jin wasy Syayaathin”, karya Wahid Abdus Salam Bali, Oleh : Abu Umar Abdillah


Sumber: http://koswara.wordpress.com/2010/01/14/kenali-biodata-iblis/

KISAH BERPISAHNYA ROH DARI JASAD

Senin, 03 Oktober 2011
 
Dalam sebuah hadisth daripada Aisyah r.a katanya, "Aku sedang duduk bersila di dalam rumah. Tiba-tiba Rasulullah s.a.w. datang dan masuk sambil memberi salam kepadaku. Aku segera bangun kerana menghormati dan memuliakannya sebagaimana kebiasaanku di waktu baginda masuk ke dalam rumah. Rasulullah s.a.w. bersabda, "Duduklah di tempat duduk, tidak usahlah berdiri, wahai Ummul Mukminin." Maka Rasulullah s.a.w. duduk sambil meletakkan kepalanya di pangkuanku, lalu baginda berbaring dan tertidur.


Maka aku hilangkan uban pada janggutnya, dan aku dapat 19 rambut yang sudah putih. Maka terfikirlah dalam hatiku dan aku berkata, "Sesungguhnya baginda akan meninggalkan dunia ini sebelum aku sehingga tetaplah satu umat yang ditinggalkan olehnya nabinya." Maka aku menangis sehingga mengalir air mataku jatuh menitis pada wajah baginda. Baginda s.a.w. terbangun dari tidurnya seraya bertanya, "Apakah sebabnya sehingga engkau menangis wahai Ummul Mukminin?" Masa aku ceritakan kisah tadi kepadanya, lalu Rasulullah s.a.w. bertanya, "Keadaan bagaimanakah yang hebat bagi mayat?" Kataku, "Tunjukkan wahai Rasulullah!"

Rasulullah s.a.w. berkata, "Engkaulah katakan!," Jawab Aisyah r.a : "Tidak ada keadaan lebih hebat bagi mayat ketika keluarnya mayat dari rumahnya di mana anak-anaknya sama-sama bersedih hati di belakangnya. Mereka sama-sama berkata, "Aduhai ayah, aduhai ibu! Ayahnya pula mengatakan: "Aduhai anak!" Rasulullah s.a.w. bertanya lagi: "Itu juga termasuk hebat. Maka, manakah lagi yang lebih hebat daripada itu?" Jawab Aisyah r.a : "Tidak ada hal yang lebih hebat daripada mayat ketika ia diletakkan ke dalam liang lahad dan ditimbuni tanah ke atasnya. Kaum kerabat semuanya kembali. Begitu pula dengan anak-anak dan para kekasihnya semuanya kembali, mereka menyerahkan kepada Allah berserta dengan segala amal perbuatannya." Rasulullah s.a.w. bertanya lagi, "Adakah lagi yang lebih hebat daripada itu?" Jawab Aisyah, "Hanya Allah dan Rasul-Nya sahaja yang lebih tahu."


Maka bersabda Rasulullah s.a.w.: "Wahai Aisyah, sesungguhnya sehebat-hebat keadaan mayat ialah ketika orang yang memandikan masuk ke rumahnya untuk memandikannya. Maka keluarlah cincin di masa remaja dari jari-jarinya dan ia melepaskan pakaian pengantin dari badannya. Bagi para pemimpin dan fuqaha, sama melepaskan serban dari kepalanya untuk dimandikan."Di kala itu rohnya memanggil, ketika ia melihat mayat dalam keadaan telanjang dengan suara yang seluruh makhluk mendengar kecuali jin dan manusia yang tidak mendengar. Maka berkata roh, "Wahai orang yang memandikan, aku minta kepadamu kerana Allah, lepaskanlah pakaianku dengan perlahan-lahan sebab di saat ini aku berehat dari kesakitan sakaratul maut." Dan apabila air disiram maka akan berkata mayat, "Wahai orang yang memandikan akan roh Allah, janganlah engkau menyiram air dalam keadaan yang panas dan janganlah pula dalam keadaan sejuk kerana tubuhku terbakar dari sebab lepasnya roh," Dan jika mereka memandikan, maka berkata roh: "Demi Allah, wahai orang yang memandikan, janganlah engkau gosok tubuhku dengan kuat sebab tubuhku luka-luka dengan keluarnya roh."


Apabila telah selesai dari dimandikan dan diletakkan pada kafan serta tempat kedua telapaknya sudah diikat, maka mayat memanggil, "Wahai orang yang memandikanku, janganlah engkau kuat-kuatkan dalam mengafani kepalaku sehingga aku dapat melihat wajah anak-anakku dan kaum keluargaku sebab ini adalah penglihatan terakhirku pada mereka. Adapun pada hari ini aku dipisahkan dari mereka dan aku tidakakan dapat berjumpa lagi sehingga hari kiamat." Apabila mayat dikeluarkan dari rumah, maka mayat akan menyeru, "Demi Allah, wahai jemaahku, aku telah meninggalkan isteriku menjadi janda, maka janganlah kamu menyakitinya.
Anak-anakku telah menjadi yatim, janganlah menyakiti mereka. Sesungguhnya pada hari ini aku akan dikeluarkan dari rumahku dan meninggalkan segala yang kucintai dan aku tidak lagi akan kembali untuk selama-lamanya."

Apabila mayat diletakkan ke dalam keranda, maka berkata lagi mayat, "Demi Allah, wahai jemaahku, janganlah kamu percepatkan aku sehingga aku mendengar suara ahliku, anak-anakku dan kaum keluargaku.
Sesungguhnya hari ini ialah hari perpisahanku dengan mereka sehingga hari kiamat."

Sabtu, 01 Oktober 2011

Kebenaran - Kebenaran Al Qur'an

Sabtu, 01 Okt.  2011

Ilmuwan Mesir, Prof Dr Zagloul Mohamed El-Naggar, mengatakan, semakin maju ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), semakin terungkap pula keajaiban kitab suci Al Quran.

"Al Quran bukan buku ilmu pengetahuan, tetapi ayat-ayat mengenai alam semesta (kauniyah) kini terbukti dalam penemuan-penemuan ilmiah di abad modern ini," kata Prof Naggar dalam ceramahnya di Aula Harun Nasution, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Kamis (30/9/2010).


Pakar ilmu bumi (geologi) tersebut mengupas beragam penemuan ilmiah mengenai alam semesta yang mengamini hakikat kebenaran Al Quran. Sebagai contoh, Ayat-6 Surat Al Thur, "Al Bahrul Masjur" (Demi laut yang—di dalam tanah bawah laut itu—ada api). Terbukti secara ilmiah oleh para ahli geologi dan ilmu kelautan bahwa dasar semua samudra dipanasi oleh jutaan ton magma yang keluar dari perut bumi.


Menurut peraih doktor geologi jebolan Universitas Wales, Inggris, pada tahun 1963 itu, magma tersebut keluar melalui jaringan rengkahan raksasa yang secara total merobek lapisan litosfir dan sampai ke lapisan astenosfir.


"Para ilmuwan yang jujur akan kagum melihat kepeloporan Al Quran dan hadis-hadis Nabi terkait petunjuk tentang fakta-fakta ilmiah bumi, yang baru dapat dibuktikan pada akhir abad ke-20 seiring dengan kemajuan iptek," kata ilmuwan yang telah menghafal semua 30 juz Al Quran saat berusia sepuluh tahun itu.


Fakta ilmiah lain, katanya, yaitu Ayat 15 dan 16 Surat At Takwir: "Fala Uqsimu bil khunnas. Al Jawaril Kunnas" (Aku bersumpah dengan bintang-bintang yang tak tampak. Yang bergerak sangat cepat). Prof Naggar menjelaskan, para ulama dahulu menafsirkan ayat tersebut secara metaforis, namun para ahli astronomi pada akhir abad ke-20 menemukan fakta ilmiah, yaitu apa yang disebut black hole (lubang hitam).

Black hole adalah planet yang ditandai dengan densitas yang tinggi dan gravitasi yang kuat, tempat zat dan semua bentuk energi, termasuk cahaya, tidak mungkin lepas dari perangkapnya, katanya. Disebut lubang hitam karena ia sangat gelap tak terlihat, dengan kecepatan geraknya diperkirakan mencapai 300.000 km per detik.


Black hole dianggap sebagai fase tua kehidupan bintang, yang didahului ledakan dan zatnya kembali menjadi nebula. "Fakta ini baru terungkap pada akhir abad ke-20, yakni 14 abad setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW," kata Prof Naggar.


Prof Naggar lahir di Desa Masyal, Provinsi Gharbiah, Mesir. Hidup dalam keluarga yang taat beragama. Ia telah menghafal Al Quran semenjak usia sepuluh tahun.
Lulus dari Fakultas Sains Universitas Kairo pada tahun 1955, lalu melanjutkan kuliah di Universitas Wales, Inggris, hingga meraih gelar doktor bidang geologi pada tahun 1963. Ia telah menulis 45 buku dan 150 artikel ilmiah serta membimbing 45 mahasiswa program master dan doktor di berbagai perguruan tinggi.
Naggar pernah menjadi profesor tamu di Universitas California pada tahun 1977-1978 dan memprakarsai terbentuknya Departemen Geologi pada Universitas Raja Saudi, Arab Saudi, dan Departemen Geologi pada Universitas Kuwait. Prof Naggar dianugerahi sebagai peneliti terbaik untuk Seminar Paleontologi di Roma, Italia, pada tahun 1970. Saat ini ia menjadi Ketua Komite Al-I’Jaz Al Ilmi (Dewan Agung Urusan Islam di Mesir) sejak tahun 2001.
 by : ipoenk

Jumat, 30 September 2011

MENCARI ILHAM DEMI MENCAPAI IMAN

Berguru Kepada Allah karya Abu Sangkan
MENCARI ILHAM DEMI MENCAPAI IMAN

Meskipun penuh kontroversi karena banyak ulama yang mencap hasil pemikiran Abu Sangkan ini sebagai bid’ah, namun buku ”Berguru Kepada Allah” yang pertama kali dicetak pada tahun 2002 ’lulus’ penilaian publik sehingga dicetak sampai sebelas kali hingga 2009 ini. Buku laris pasti memiliki suatu ’tawaran’ yang menarik. Hukum itu berlaku juga pada karya Abu Sangkan ini. Tagline ’Menghidupkan Kecerdasan Emosional dan Spiritual’ yang terdapat di cover buku mungkin memberi gambaran mengenai apa yang ingin dibagi pada pembaca. Namun menurut saya pribadi, apa yang ingin disampaikan Abu Sangkan terutama adalah pencarian manusia terhadap kebenaran yang ada pada dirinya, yaitu pengakuan akan ke-Esaan Allah. Tauhid dari lubuk jiwa.
Latar belakang Abu Sangkan berpengaruh besar dalam pencapaian dan pemahamannya akan Islam. Bisa dikatakan bahwa ia berupaya mencari ilham sepanjang hidupnya demi mencapai Iman. Abu Sangkan pernah menggeluti ilmu agama di beberapa pesantren seperti Al Ihya’ di Bogor, Al Ghazaly di Bogor, Al Baqiyyatush Shalihat Bekasi serta mengikuti pendidikan ilmu Filsafat di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Apa yang ia cari justru berasal dari perenungan-perenungannya selama menggeluti dunia bisnis dan pengembaraan spiritualnya dalam kontemplasi malam yang ia lakukan. Mengenai pencapaian tersebut, saya tidak berani memberi komentar, biarlah Allah yang menilai upaya manusia-Nya dalam upaya mendapatkan Ridha-Nya.

Konsep menarik yang dikemukakan Abu Sangkan di sini adalah adanya bagian jiwa manusia yang pada dasarnya mengakui adanya Allah, mengajak kepada kebaikan, dan menegur perbuatan dosa yang dilakukan insan. Dalam QS. Al Qiyamah, 75 ayat 14, ia disebut sebagai bashirah, diri sejati yang tidak tidur dan tidak lalai, mengendalikan nafas dan prosedur badani manusia yang lain. Ia berbisik halus kepada manusia untuk mengingatkan agar menghindari dosa dan mengajak pada kebaikan. Konsep ini didukung oleh berbagai penelitian psikologi dan penelitian terhadap kinerja otak manusia (temuan ”God Spot” oleh Danah Zohar dan Ian Marshall yang notabene adalah ilmuwan barat). Namun terkadang manusia mengabaikan ’bisikan halus’ tersebut dan terus berbuat maksiat di muka bumi. Untuk mengembalikan manusia pada kehidupan yang penuh kebaikan, mendapatkan ketentraman, dan mengabaikan emosi untuk mendapatkan esensi pemikiran yang lurus, Abu Sangkan berpendapat bahwa kita harus bisa terus mendengarkan ’bisikan halus’ dari bashirah yang mengajak pada kebaikan tersebut. Untuk itu, hendaknya manusia menjalani kehidupan dengan sikap ”Takwa” (menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya) disertai sikap ”Ihsan” (seakan-akan melihat Allah, jika tidak mampu melihat-Nya sesungguhnya ia melihat kalian). Namun untuk mencapai tataran tersebut, memang terasa sangat berat karena sebagaimana yang diungkapkan oleh Allah dalam beberapa Surah Al Qur’an, iman dan kesadaran manusia itu diberikan oleh Allah sendiri pada hati manusia yang Ia kehendaki. Lalu bagaimana untuk mendapatkan ilham keimanan tersebut? Kuncinya adalah pasrah. Abu Sangkan berpendapat bahwa yang dimaksud pasrah bukanlah bersikap pasif dan menerima semua yang terjadi atas dirinya sebagaimana yang dibayangkan oleh banyak orang selama ini. Namun konsep pasrah adalah melakukan segala upaya yang mungkin dilakukan di dunia sesuai dengan perintah Allah untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan menyerahkan hasilnya pada Yang Maha Kuasa. Jadi bukannya pasrah dengan tidak melakukan apa-apa dan hanya terus beribadah, bahkan dengan menjalankan laku mengharamkan kemodernan dengan harapan ingin mengembalikan kehidupan seperti zaman Nabi Muhammad SAW, namun memanfaatkan kemodernan untuk menjalankan Islam sesuai dengan Fitrah-nya.

Untuk mendukung upaya mencapai sikap pasrah ini, Abu Sangkan menawarkan suatu metode zikir (inilah yang sering dianggap bid’ah oleh para ulama). Karena sesuai dengan konsep zikir, yaitu ’ingat’, zikir akan membangkitkan kesadaran diri bahwa kita selalu diawasi oleh Allah. Zikir akan memperkuat dan memunculkan bashirah yang selama ini kita abaikan.
Kalau metode ini dianggap mengada-ada, mungkin perlu dibaca testimoni-testimoni dari masyarakat yang sudah membaca dan mencoba mengamalkan isi buku ini. Saran saya, apabila anda memandang hal tersebut positif, mungkin dapat dicoba dan dimanfaatkan untuk keluar dari ’kemacetan’ hidup di dunia modern ini. Berguru Kepada Allah, bagi Abu Sangkan bukanlah dimaksudkan sebagai suatu kepongahan, akan tetapi kerendahan hati manusia untuk kembali pada Fitrahnya dan ingin mencintai Sang Pencipta dengan penuh keikhlasan.

Kamis, 29 September 2011

Allah Cinta Orang Yang Bersin

Allah Cinta Orang Yang Bersin


Allah cinta orang yang bersin dan benci yang menguap.

Bersin dan menguap adalah hal biasa yang kita alami setiap hari. Namun, pernahkah kita sadari bahwa islam itu mengatur kedua hal ini secara detail ?? dan juga , tahukah kita bahwa Allah itu mencintai orang yang bersin dan membenci orang yang menguap ?? . Nah, dalam artikel kali ini saya kutibkan artikel menarik tentang bersin dan menguap dari sudut pandang islam. Bagaimana mengatasinya .. dan alasan kenapa Allah mencintai orang yang bersin dan membenci orang yang menguap ??

Rasulullsh menjelaskan bagaimana seseorang yang mendengar orang yang bersin dan memuji Allah agar membalas pujian tersebut.
Rasulullah bersabda:
Apabila salah seorang diantara kalian bersin, maka ucapkanlah Al-Hamdulillah, dan hendaklah orang yang mendengarnya menjawab dengan Yarhamukallahu, dan bila dijawab demikian, maka balaslah dengan ucapan Yahdikumullahu wa Yushlihubaalakum (HR. Bukhari, 6224).

Menguap adalah gejala yang menbuat otak dan tubuh orang tersebut membutuhkan oksigen dan nutrisi; dan karena organ pernafasan kurang dalam menyuplai oksigen kepada otak dan tubuh. Dan hal ini terjadi ketika kita sedang kantuk atau pusing, lesu, dan orang yang sedang menghadapi kematian. Dan menguap adalah aktivitas menghirup udara dalam-dalam melalui mulut, dan bukan mulut dengan cara biasa menarik nafas dalam-dalam! Karena mulut bukanlah organ yang disiapkan untuk menyaring udara seperti hidung. Maka, apabila mulut tetap dalam keadaan terbuka ketika menguap, maka masuk juga berbagai jenis mikroba dan debu, atau kutu bersamaan dengan masuknya udara ke dalam tubuh. Oleh karena itu, datang petunjuk nabawi yang mulia agar kita melawan “menguap” ini sekuat kemampuan kita, atau pun menutup mulut saat menguap dengan tangan kanan atau pun dengan punggung tangan kiri.
Bersin adalah lawan dari menguap yaitu keluarnya udara dengan keras, kuat disertai hentakan melalui dua lubang: hidung dan mulut. Maka akan terkuras dari badan bersamaan dengan bersin ini sejumlah hal seperti debu, haba’ (sesuatu yang sangat kecil, di udara, yang hanya terlihat ketika ada sinar matahari), atau kutu, atau mikroba yang terkadang masuk ke dalam organ pernafasan. Oleh karena itu, secara tabiat, bersin datang dari Yang Maha Rahman (Pengasih), sebab padanya terdapat manfaat yang besar bagi tubuh. Dan menguap datang dari syaithan sebab ia mendatangkan bahaya bagi tubuh. Dan atas setiap orang hendaklah memuji Allah Yang Maha Suci Lagi Maha Tinggi ketika dia bersin, dan agar meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk ketika sedang menguap (Lihat Al-Haqa’iq Al-Thabiyah fii Al-Islam: hal 155)

disarikan dari : alsofwah.or.id – 13 Ramadhan 1424/071103

Sabtu, 03 September 2011

Cinta ................ < aArti CINTA dari ALAM SEMESTA >

Bertanya Tentang Cinta

 Aku bertanya pada alam semesta tentang arti “CINTA”, lalu satu demi satu mereka menjawab…
Bumi menjawab:
“CINTA adalah hamparan tempat tumbuh segala bahagia dan harapan akan itu. Ia memang diinjak dan dihinakan, tetapi ia tak peduli. Pikir Cinta hanya memberi, dan itu sajalah inginnya.”
Air menjawab:
“CINTA adalah hujan yang menumbuhkan benih-benih rasa kesukaan, kerelaan akan keterikatan, kerinduan dan kesenduan, atau samudera kasih yang luas sebagai naungan segala perasaan
Api menjawab:
“CINTA adalah panas yang membakar segala, ia memusnahkan untuk dapat hidup dan menyala. Demi merasakannya, makhluk rela terbakar dalam amarah dan kedurhakaan.”
Angin menjawab:
“CINTA adalah hembusan yang menebar sayang tanpa tahu siapa tujuannya. Orang bilang ia buta, sebab itu inginnya. Ia tak terlihat, tapi tanpanya segala raga akan hampa.”
Langit menjawab:
“CINTA adalah luasan tanpa batas. Luasnya tiada makhluk yang tahu. Kecuali bahwa cinta itu bahagia yang biru, atau derita kelam yang kelabu
Matahari menjawab:
“CINTA adalah hidup untuk memberi energi kehidupan dan cahaya harapan. Ia tak akan lelah memberi sampai ia padam dan mati.”
Pohon menjawab:
“CINTA adalah akar yang menopang segalanya. Ia tulus hingga tak perlu terlihat dan dikenal. Tapi ia terus memberi agar batang bahagia tetap kokoh abadi, berbuah dan berbunga indah.”
Gunung menjawab:
“CINTA adalah rasa yang menjulang tinggi. Rasa itu demikian tenang dan menyejukkan. Namun saat gundah, Ia akan meleburkan sekelilingnya dengan lautan lava cemburu yang membara.”
Lalu, Aku bertanya pada CINTA:
“Wahai CINTA, apakah sebenarnya arti dirimu??”
CINTA menjawab:
“CINTA adalah engkau patuh terhadap-Nya, meski kau tak melihat-Nya. Engkau tidak mencium-Nya atau meraba-Nya, tapi engkau patuh karena engkau merasa akan hadir-Nya. Sebab CINTA bukan indera, tapi adalah rasa.”
“CINTA adalah engkau takut akan amarah-Nya, dan takut jika Ia meninggalkanmu. Takut jika Ia tak menyukaimu lagi. Lalu engkau mencari-cari alasan untuk selalu dekat dengannya, bahkan jika engkau harus menderita, atau yang lebih mengerikan dari itu.”
“CINTA adalah engkau menyimpan segala harapan pada-Nya dan tidak pada yang lain. Engkau tidak mendua dalam harapan, dan demikian selamanya. Cinta adalah engkau setia menjadi budak-Nya, yang engkau hidup untuk-Nya dan mati untuk kesukaan-Nya akan dirimu, hidup dan mati untuk Dia. Engkau berusaha sekerasnya agar engkau diakui, hanya sebagai budak, sebagai hamba.”
“Diatas segalanya, CINTA adalah engkau merasa kasih sayang yang tunggal yang tidak engkau berikan pada yang lain, selain pada-Nya. Engkau rindu akan hadir-Nya dan melihat-Nya. Engkau suka apa yang Ia sukai dan benci apa yang Ia benci, engkau merasakan segala ada pada-Nya dan segala atas nama-Nya.”
Aku lantas bertanya pada CINTA:
“Bisakah aku merasakannya?”
Sambil berlaru CINTA menjawab:
“Selama engkau mengetahui hakikat penciptaanmu dan bersyukur dengan apa yang Dia beri, maka itu semua akan kau rasakan, percayalah padaku tambahnya….”
Aku pun Berteriak, “Wahai KAU SANG MAHA PECINTA terimalah cintaku yang sederhana ini, izinkanlah aku merasakan cintaMu yang Maha Indah…”
Sumber: http://cyberdakwah.net/2009/06/bertanya-tentang-cinta/

Bertahan Hidup Meskipun Terjepit Selama 10 Tahun (Cinta Sejati Kadal)

Cinta Sejati Kadal "Bertahan Hidup Meskipun Terjepit Selama 10 Tahun"

Ini sebuah kisah nyata yang terjadi di Jepang. Ketika sedang merenovasi sebuah rumah, seseorang mencoba merontokan tembok.

Rumah di Jepang biasanya memiliki ruang kosong diantara tembok yang terbuat dari kayu. Ketika tembok mulai rontok, dia menemukan seekor kadal terperangkap diantara ruang kosong itu karena kakinya melekat pada sebuah paku. Dia merasa kasihan sekaligus penasaran. Lalu ketika dia mengecek paku itu, ternyata paku tersebut telah ada disitu 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibangun.

Apa yang terjadi? Bagaimana kadal itu dapat bertahan dengan kondisi terperangkap selama 10 tahun?

Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikitpun, itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal. Orang itu lalu berpikir, bagaimana kadal itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada paku itu!

Orang itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan kadal itu, apa yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan. kemudian, tidak tahu darimana datangnya, seekor kadal lain muncul dengan makanan di mulutnya …. astaga!!

Orang itu merasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor kadal lain yang selalu memperhatikan kadal yang terperangkap itu selama 10 tahun. Sungguh ini sebuah cinta…cinta yang indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil seperti dua ekor kadal itu. apa yang dapat dilakukan oleh cinta? tentu saja sebuah keajaiban. Bayangkan, kadal itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. bayangkan bagaimana hewan yang kecil itu dapat memiliki karunia yang begitu menganggumkan.

Sumber: kaskus.us